Kamis, 17 Maret 2011

BERMAIN DAN PERKEMBANGAN ANAK

A.    Bermain
Menurut Hurlock (1978: 320), bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga merupakan prilaku manusia untuk mengeksplorasi dan belajar di lingkungan.
Secara garis besar, bermain dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu bermain aktif dan bermain pasif (hiburan).
1.      Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung jawab lebih besar di rumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh.
2.      Bermain pasif (hiburan)
Dalam bermain pasif, kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan ditelevisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olahraga atau tempat bermain.
Bermain mengembangkan sejumlah keterampilan seperti: (1) keterampilan motorik kasar dan halus, (2) sensori; penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, eksplorasi ruang, (3) pengembangan keterampilan sosial, kognitif, pemecahan masalah dan keterampilan berpikir, serta bahasa.
B.     Perkembangan Anak
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati atau perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yan berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Syamsu Yusuf, 2004: 15).
Menurut Endang Rini Sukamti (2007: 2), perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi. Makin terorganisasi artinya organ-organ tubuh makin bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan, dan makin terspesialisasi artinya organ-organ tubuh semakin bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Perkembangan bisa terjadi dalam bentuk perubahan kuantitatif, perubahan kualitatif, atau kedua-duanya secara serempak. Perubahan kuantitatif adalah perubahan yang bisa diukur atau dihitung. Sedangkan perubahan dalam bentuk semakin baik, semakin teratur, semakin lancar, dan sebagainya yang pada dasarnya merupakan perubahan yang tidak bisa atau sukar diatur.
Menurut Syamsu Yusuf (2004: 17-20), prinsip-prinsip perkembangan antara lain sebagai berikut:
1.      Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti; manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya yakni sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.      Semua aspek perkembangan saling berpengaruh; setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi, maupun sosial saling berpengaruh. Sebagai contoh, jika seorang anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan fisiknya (sakit-sakitan), maka anak akan mengalami kemandegan dalam perkembangan apek lainnya, seperti kurang berkembangnya kecerdasan dan kelabilan emosional.
3.      Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu; setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang  merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yakni berlari dan meloncat.
4.      Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan; perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan pada waktu yang berbeda (ada cepat dan lambat), misalnya otak mencapai bentuk ukuran yang sempurna pada usia 6-8 tahun.
5.      Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas; contohnya, (1) anak memusatkan untuk mengenal lingkungan, menguasai gerak-gerik, dan belajar bicara sampai usia 2 tahun, (2) pada usia 3-6 tahun perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
6.      Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan; artinya dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang, individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan tua.
Alasan memahami perkembangan anak adalah hal yang penting yaitu:
1.      Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.
2.      Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya.
3.      Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu anak mengembangkan diri, dan memecahkan masalah yang dihadapi anak.
4.      Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan tersebut, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, serta dapat mengantisipasi berbagai kendala atau faktor yang mungkin akan mengkontaminasi (meracuni) perkembangan anak.
Aspek-aspek perkembangan anak dapat dilihat dari perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan bicara, dan perkembangan emosi.
1.      Perkembangan fisik
Perkembangan fisik penting untuk dipelajari karena baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi prilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak, misalnya anak usia 6 tahun yang mengalami hambatan atau cacat tertentu maka jelas tidak mungkin mengikuti permainan yang dilakukan teman sebayanya. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembanga fisik anak akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain. Misalnya, anak yang gemuk akan menyadari bahwa dia tidak bisa mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya, dan dilain pihak teman-temannya akan menganggap anak gemuk terlalu lamban dan tidak pernah diajak bermain lagi. Perasaan tidak mampu dan merasa tertimpa nasib buruk ini akan memberikan warna tersendiri bagi perkembangan kepribadian anak.
2.      Perkembangan motorik
Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan (Syamsu Yusuf, 2004:104). Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode anak-anak:
a)       Anak Usia 5 Tahun
°         Mampu melompat dan menari
°         Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
°         Dapat menghitung jari – jarinya
°         Mendengar dan mengulang hal– hal penting dan mampu bercerita
°         Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
°         Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
°         Mampu membedakan besar dan kecil
b)       Anak Usia 6 Tahun
°         Ketangkasan meningkat
°         Melompat tali
°         Bermain sepeda
°         Mengetahui kanan dan kiri
°         Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
°         Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c)      Anak Usia 7 Tahun
°         Mulai membaca dengan lancar
°         Cemas terhadap kegagalan
°         Peningkatan minat pada bidang spiritual
°         Kadang Malu atau sedih
d)     Anak Usia 8 – 9 Tahun
°         Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
°         Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
°         Ketrampilan lebih individual
°         Ingin terlibat dalam sesuatu
°         Menyukai kelompok dan mode
°         Mencari teman secara aktif.
e)      Anak Usia 10 – 12 Tahun
°         Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
°         Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
°         Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
°         Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3.      Perkembangan bicara
Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Landasan untuk perkembangan bicara anak diletakkan pada masa anak-anak. Bicara merupakan keterampilan mental-motorik. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.
Selama tahun awal masa kanak-kanak, tidak semua bicara digunakan untuk berkomunikasi. Pada waktu sedang bermain, anak sering kali berbicara dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya. Tetapi, pada saat minat untuk menjadi bagian dari kelompok sosial berkembang, anak sebagaian besar bicara untuk berkomunikasi dengan temannya dan hanya sewaktu-waktu berbicara sendiri.
4.      Perkembangan emosi
Mempelajari emosi anak-anak tergolong sulit karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi, sedangkan anak-anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena anak-anak masih berusia sangat muda. Emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak karena:
a)      emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari
b)      emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
c)      ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
d)     emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
e)      emosi mengganggu aktivitas mental
f)       emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial
g)      emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
h)      emosi mempengaruhi interaksi sosial
i)        emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
j)        emosi mempengaruhi suasana psikologis
k)      reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan.
Berikut metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain belajar coba dan ralat (trial dan error), belajar dengan cara meniru (learning by imitation), belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification), belajar melalui pengkondisian (conditioning), dan pelatihan (traning).
C.    Pengaruh Bermain bagi Perkembangan Anak
Adapun pengaruh bermain bagi perkembangan anak menurut Gurlock (1978: 323) dapat dilihat sebagai berikut:
1.      Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak-anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyalur tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.
2.      Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti anak dapat mengerti dan sebaliknya anak harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
3.      Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap prilaku anak.

4.      Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Contohnya, anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara mainan.
5.      Sumber belajar
Bermain memberikan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau di sekolah, misalnya melalui buku, televisi, atau menjelajah lingkungan.
6.      Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang abru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya anak dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
7.      Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan anak untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
8.      Belajar bermasyarakat
Dengan bermain bersama anak lain, anak belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
9.      Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik atau buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
10.  Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, anak segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompk bermain.
11.  Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain,  anak belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.

DAFTAR PUSTAKA

Endang Rini Sukamti. (2007). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: PKO FIK UNY



2 komentar: